Pemimpi Kecil (Part 6) : Suatu malam di Emperan Toko...


Hujan belum reda...ini lah malam pertama yang kami nikmati di kota jakarta, di riuhnya hujan, dan di atas kardus yang beralaskan lantai emperan toko. ini bukan hal yang baru buatku, tapi mungkin sesuatu yang beda buat keempat temanku...Ipul, apin, Dibyo dan jono. Aku tidak pernah memaksa mereka mengejar mimpi, tapi senyum dan semangatlah yang mendorong kami melakukan itu. sehingga tak terasa dinginnya lantai emperan toko menembus alas kardus ini.

"kowe rung turu jo?"

Dengan suara lirih dan sayu, Dibyo coba menyapaku. Aku menatapnya dengan sedikit simpul senyum. aku merasa bersalah pada Dibyo, dari kami ber-5 dia lah yang paling bisa berfikir dewasa. Menatap kedepan untuk sebuah masa depan, pentingnya pendidikan dan berwawasan luas. Dia tak pernah berhenti membaca, saat di sekolah dulu, di warung, di sawah dimana saja. hal itu lah yang membuat dia sangat senang saat mang karyo menawarinya menjadi loper koran...

"Belum yo...aku masih mau menikmati hujan. karena besok jakarta pasti akan sangat panas. jadi mumpung hujan..."

"paklik mu piye jo? beliau ndak setuju kamu ke jakarta"

"aku juga mikir kuwi yo...selama ini kami hanya hidup berdua. ngarit wong loro, mulung pun juga berdua. tapi ini aku lakuin buat dia yo...aku ndak mau paklik ku susah...aku pengen buat dia tersenyum yo, beliin rokok, beliin radio buat dia...oleh karena itu aku berangkat ke jakarta"

"kita ini sama jo...sama2 bertahan hidup buat keluarga...yang penting itu keluarga dan kewajiban kita kepada keluarga. Almarhum Bapakku pernah bilang jika dia meninggal nanti aku harus bisa menggantikan dia. menjaga ibuku dan adikku. menjadi orang yang pertama merasa lapar dan orang yang terakhir merasa kenyang. Hingga bapak pergi, aku belum bisa jadi seperti dia jo..."

Aku melihat senyum di wajah sedih dibyo, dia adalah anak yang tegar. selalu berfikir kedepan untuk keluarganya. setidaknya dibyo masih beruntung ketimbang aku. sejak bayi hanya paklikku yang aku kenal sebagai saudara. kata paklik bapak dan ibuku hilang, ombak selat sunda menyapu kapal yang mereka tumpangi...dan hilang. dan mulai saat itu paklik menjadi ayahku sekaligus ibuku...

"sing sabar yo...tetep semangat. soalnya saat ini hanya itu yang kita punya yo...hanya itu sesuatu yang paling berharga yang kita miliki saat ini"

"tenang wae jo...kita pasti bisa meraih mimpi kita disini...dan besok adalah awal dari perjalanan mimpi kita jo..."

"lho...yo pasti kuwi...tapi ono siji sing ra kalah penting yo..."

"opo kuwi??"

"ndang turu...lek tangi kawanen bakal di gambyor karo sing nduwe toko...hahaha"

"oiyo...diamput....ayo ndang turu...asem adem eram....ayo kelonan ae bareng2 ben anget..."

"nnndiasmu...homo kowe...ra usum...mlungker dewe-dewe...."

Hujan masih belum reda...seperti semangat kami yang juga takkan reda. entah apa yang terjadi besok, yang jelas malam ini harus kami lewati. Dan kami tahu besok tidak akan mudah. Kami pasti bisa dan kami berusaha, untuk keluarga dan orang-orang yang terbaik. Selamat malam hujan, temani kami di lelap malam ini...

Ilustrasi : Sensor journalism

Micky R Saputra

Hanya karena sebuah Yamaha RX-king 1986, ku di panggil Baron... Bang Baron... Tenang, saya bukan perampok kelas kakap ataupun Jambret yang nggak naik kelas. Bukan juga kepala genk Mafia penjual obat-obat penurun panas terlarang. Saya cuma peserta Audisi Indonesia Idol yang nggak pernah lulus yang iseng ngabisin kuota Internet untuk nulis Blog... iya bener blog... bukan bon kreditan panci...

3 comments:

  1. "menjadi orang yang pertama merasa lapar dan orang yang terakhir merasa kenyang....."sederhana tapi bermakna kalimat itu...

    ReplyDelete
  2. Kalimat itu yang diucapkan Khalifah Umar Bin Khattab sesaat setelah dia terpilih menjadi Khalifah memimpin rakyatnya... :)

    ReplyDelete