Honda Beat 2011, sempat terlupa namun tetap bertenaga

Honda Beat 2011, sempat terlupa namun tetap bertenaga
Honda Beat 2011, sempat terlupa namun tetap bertenaga



Minggu kemarin waktu bersih-bersih gudang, saya baru saja ingat punya sebuah motor matik dengan label Honda Beat tahun 2011. Terdiam di pojokan gudang dengan debu setebal buku skripsi teknik yang beberapa kali di revisi. Entah itu debu dari mana, perasaan gudang di rumah tertutup rapat. Mungkin debu dari usaha Thanos yang berhasil memusnahkan setengah populasi… aahh bodo amat…

Saya perhatikan sejenak motor kesayangan saya itu yang hampir 1 tahun tidak terpakai. Debu dan sarang spiderman ada dimana-mana. Maklum selain ada spesies motor lain yang saya punya, fasilitas antar jemput dari kantor membuat saya membebas-tugaskan Beat kesayangan dan membiarkannya tertidur lama.

Beat hadir menjadi metik andalan keluarga, ramping, gesit, dan irit di kelasnya. Tak banyak pertimbangan saat itu untuk saya meminang dan mengikat janji suci dengan seekor Honda Beat… Beat 2011, warna hitam dengan striping baru dan spakbor yang lebih revolusioner gitu sih kata iklannya.

Beat adalah skuter matik pertama Honda yang bisa menyabet penjualan yang lumayan luar biasa. Bahkan bisa mengungguli saingan terdekatnya, mio. Dengan body kecil, membuat beat begitu lincah dan gesit di kendarai. Keluar masuk gang, nyelempit-nyelempit di kemacetan, dan mudah di umpetin di bawah pohon mangga buat lepas dari kejaran operasi polisi.

Konsumsi bahan bakarnya juga lumayan ciamik di kelas nya, jika kita membandingkan dengan metik lain yang sama-sama menggunakan karburator beat unggul lebih irit. Bisa tembus hingga 60km/liter… WOOOWWWW… irit banget...perhitungan 1 liter bisa saya buat tiap hari ngapel ke rumah maimunah selama seminggu.

Akhirnya berbekal rasa rindu ingin menunggangi Beat yang pernah berjasa membantu saya bekerja servis leptop panggilan itu, saya pun mencucinya. Saya gosok dengan sabun setiap lekuk tubuhnya yang sintal, saya poles head lamp nya yang aduhai, dan saya bersihkan knalpotnya yang semok… sungguh setiap kemolekan motor ini saya nikmati sejengkal demi sejengkal.


Setelah saya ganti oli dan memberinya beberapa teguk pertamax, betapa takjub saat mendengar suaranya yang meraung. Asap knalpot keluar beberapa saat menghembuskan asap kejenuhan dan debu-debu fana, setelah hampir 1 tahun tertidur pulas. Double staternya pun masih strong menyeprotkan stroom yang lumayan kuat menggerakan motor starter. Keren nih motor, aki nya masih mantab jaya. Di luar ekspektasi saya, saya pikir harus servis beberapa part untuk menghidupkan kembali si kuda besi ini.


Layaknya Captain Amerika yang tertidur pulas di tumpukan es dan terbangun di 70thn kemudian, beat hitam dengan striping terkelupas di beberapa sisinya ini juga harus saya geber. Melihat sisa seberapa tangguh tenaganya setelah lama tidak berputar roda-roda tua itu. Rencana jahat pun saya siapkan...hue hue hue…


“Bro, minggu depan… turing Malang - Blitar - Tulungagung - Trenggalek…”

Saya coba hubungi teman-teman motor yang sering saya ajak turing. Dan mereka mau untuk ikut serta, maklum sejak sibuk kerja kami jarang nongkrong bareng. Dan ajakan turing ini membuat mereka bergelora dan bergairah menggeber motor2 sport yang mereka miliki.


“Whaaatt?? Honda Beat?? Yang lain pakai motor gede, kamu pakai beat??”
“Yeeaahh… jangan salah… Honda Beat 2011, Karburator, ber-pendingin udara, all Standart...aku cuma mau tau seberapa tangguh dia ngelibas tanjakan, setelah pensiun lama…”




Awalnya mereka tertawa heran, namun setelah tau “tujuan mulia” yang mau saya lakukan tampaknya mereka mendukung rencana saya untuk “mengeniaya “ ni motor. Kamis jam 5 pagi kami berangkat dari Malang. Beat sudah saya gelontor pertamax sampai muncrat-muncrat mulut tangki nya. Mungkin ini pertama kali saya ngisi pertamax sampai tumpah-tumpah, biasanya cuma isi premium. Itu pun cuma 10rebu. Jangankan tumpah, kelihatan aja kagak tuh di tangki...wkwkwkwkw


Rute pertama kami lalui dengan sangat mulus. Putaran mesin Beat cukup stabil, suaranya juga oke tuh. Mendesah-desah manja… mungkin jika saya bersihkan sedikit kerak di knalpot, akan lebih merdu. Konsumsi bahan bakar jadi agak lebih boros dari saat pertama beli dulu. Maklum udah 8 tahun lebih, kerak-kerak di karburator pasti juga udah pada ngumpul. Jelas mempengaruhi konsumsi bensin.


Namun yang lagi-lagi menakjubkan adalah tarikannya yang njambak banget. Cukup responsif untuk ukuran motor lama. Sedikit tuas gas di tarik, semprotan tenaganya spontan menarik roda belakang berputar cepat. Seperti pengantin baru yang gaspol di malam pertama.


Sampai di Blitar, indikator bensin masih menunjukkan 1 strip. Sedikit boros tapi terbayar dengan tenaganya yang sporadis. Rute selanjutnya adalah Blitar - Tulungagung - Trenggalek. Kali ini beat saya cekokin dengan pertalite. Sengaja saya isi dengan oktan bahan bakar yang lebih rendah dari pertamax, untuk melihat seberapa responsif tarikannya jika oktan menurun.


Tanpa istirahat, motor saya geber dengan kecepatan stabil 70-80. Getaran mesin cukup terasa di sekitar kaki. Sepertinya roller dan van belt sudah harus di ganti. Motor tidak saya istirahatkan, sengaja… karena mencoba ketahanan sebuah mesin, perlu kita hentak sedikit diluar batas kemampuan. Disitulah kita tau apakah mesin masih bertahan, atau nggak. Dan sejauh ini tidak ada gangguan yang berarti.


Oktan yang turun membuat kompresi mesin juga turun, beda dengan saat pertamax di awal perjalanan. Terasa mesin mulai mengklitik dan tarikan tidak sebrutal di awal. Tapi masih dalam taraf wajar. Mungkin jika sebelum perjalanan saya melakukan servis tune up, performa bisa lebih josss gandosss. Tapi tampaknya apa yang saya dapat selama perjalanan diluar dugaaan. Memang peribahasa dont judge the bike from that spakbor, adalah peribahasa yang benar. Seperti orang jawa bilang “Rogo tuwo, tarikan dowo”


Kamis siang, kami tiba di alun-alun trenggalek. Total bahan bakar yang saya habiskan 30rb, itu pun masih ada sisa. Kondisi motor pun masih oke. Getaran mesin normal, tidak ada suara-suara aneh, suspensi oke, rem pakem, dan knalpot tidak mengepulkan asap. ciri-ciri motor sehat. Bener2 tangguh nih motor. Udah kecil ngegemesin, tapi powernya lumayan mantab.


Sekitar pukul 2 siang, kami kembali ke Malang dengan rute yang sama. Untuk perjalanan pulang, bensin saya kembalikan ke pertamax. Selain butuh performa yang baik, saya juga ingin menjajal top speed dari motor ini jika gaspol. Namun tampaknya tujuan itu gagal, hujan cukup deras turun. Aku pikir ini malah sebeluah kebetulan. Apakah di bawah guyuran hujan mesin Beat Karburator ini masih tetap ciamik, tidak terkendala suatu apapun.


Alhasil setelah 3 jam lebih motoran di bawah guyuran hujan, beat masih melesat dengan mulusnya. Kekhawatiran saya akan rem yang bakal terkendala air hujan menjadi kurang pakem rupanya tertepis juga. Rem masih oke dan mudah mengontrol pengereman disaat hujan deras. Cakram depan juga lebih stabil mengendalikan roda depan jika terjadi pengereman mendadak, tromol belakang juga demikian. Meski sudah relatif tipis, kepakemannya masih terasa yahuuutt. Cengkramannya seperti bayangan mantan yang gak akan ngelepasin kita.


Total jarak yang di tempuh 350km , dan bensin habis sekitar 60rban. Cukup puas dengan kondisi nya, meski udah berumur dan tidak di gunakan lama mesin beat masih bisa diandalkan. Mesin masih cukup halus meski ada getaran2 dikit dari arah fanbelt dan roller. Suspensi juga masih cukup empuk meski sudah berumur 8 tahun lebih.


Saya mengambil hikmah dari kejadian ini, bahwa sesuatu yang lama jika kita perhatikan kembali akan menjadi sesuatu yang luar biasa…


mantan pacar misalnya… #eh

Micky R Saputra

Hanya karena sebuah Yamaha RX-king 1986, ku di panggil Baron... Bang Baron... Tenang, saya bukan perampok kelas kakap ataupun Jambret yang nggak naik kelas. Bukan juga kepala genk Mafia penjual obat-obat penurun panas terlarang. Saya cuma peserta Audisi Indonesia Idol yang nggak pernah lulus yang iseng ngabisin kuota Internet untuk nulis Blog... iya bener blog... bukan bon kreditan panci...

No comments:

Post a Comment